MAKALAH
“HUBUNGAN TINGKAT SUKU BUNGA
TERHADAP INVESTASI”
MATA
KULIAH : EKONOMI MONETER
NAMA
DOSEN : Drs. Johnson, M.Si
D
I
S
U
S
U
N
Oleh
Nama : Ismah Pratiwi
NIM : 7133141041
Kelas : B Reguler
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah dengan mengucapkan
syukur kepada Allah SWT, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan
deadline yang sudah ditentukan. Makalah
ini berisikan tentang hubungan tingkat suku bunga terhadap investasi. Selanjutnya saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Jhonson, M.Si selaku dosen mata kuliah Ekonomi Moneter yang telah memberi kesempatan kepada
saya untuk membuat dan menyelesaikan makalah ini. Sehingga saya memperoleh banyak ilmu, informasi dan pengetahuan selama membuat dan menyelesaikan
makalah ini.
Saya berharap semoga makalah ini berguna bagi pembaca meskipun terdapat banyak
kekurangsempurnaan di dalamnya. Akhir kata saya meminta
maaf sebesar-besarnya kepada pihak pembaca maupun pengoreksi jika terdapat
kesalahan dalam penulisan, penyusunan maupun kesalahan lain yang tidak berkenan
di hati pembaca maupun pengoreksi, karena hingga saat ini saya masih dalam proses belajar. Oleh karena itu saya memohon kritik dan sarannya demi kemajauan
bersama.
Medan, Mei 2015
Ismah Pratiwi
713 314 1041
713 314 1041
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lingkungan
ekonomi makro merupakan lingkungan yang mempengaruhi operasi perusahaan sehari‐hari.
Kemampuan investor dalam memahami dan meramalkan kondisi ekonomi makro di masa
datang akan sangat berguna dalam pembuatan keputusan investasi yang
menguntungkan. Karena harga saham di bursa pasar modal tidak selamanya tetap,
ada kalanya meningkat dan bisa pula menurun, tergantung pada kekuatan
permintaan dan penawaran. Di pasar modal, terjadinya fluktuasi harga saham
tersebut menjadikan bursa efek menarik bagi beberapa kalangan pemodal (investor). Keputusan
investasi dan pembiayaan merupakan keputusan yang saling bertalian seperti mata
uang dengan dua sisi, dimana satu sisi adalah keputusan investasi maka di sisi
lain adalah keputusan pembiayaan. Secara teoritis, keterandalan keputusan
investasi dan pembiayaan sangatlah bergantung pada tingkat suku bunga yang
berlaku.
Pemahaman
secara lebih mendalam tentang karateristik tingkat suku bunga sangat membantu
keakuratan hasil keputusan investasi dan keputusan pembiayaan. Dalam praktek,
tingkat suku bunga diterjemahkan kedalam berbagai terminologi yang beraneka
ragam. Keragaman terminologi suku bunga membawa konsekuensi pada penentuan
besaran biaya penggunaan dana dan penentuan hasil yang diharapkan dari suatu
proyek investasi. Banyak orang terkecoh dengan suku bunga yang ditawarkan,
kebanyakan bagian marketing menggunakan suku bunga sebagai alat pamungkas untuk
meningkatkan penjualan.
Secara teori, tingkat bunga dan harga
saham memiliki hubungan yang negative (bertolak belakang). Tingkat bunga yang
terlalu tinggi akan mempengaruhi nilai sekarang (present value) aliran
kas perusahaan, sehingga kesempatan-kesempatan investasi yang ada tidak akan
menarik lagi. Tingkat bunga yang tinggi juga akan meningkatkan biaya modal yang
akan ditanggung perusahaan dan juga akan menyebabkan return yang diisyaratkan
investor dari suatu investasi akan meningkat. Padahal,
suku bunga tersebut memiliki karakteristik yang beraneka ragam, seperti suku
bunga flat, suku bunga efektif, suku bunga in advance, suku bunga
in arrear, suku bunga fixed, dan suku bunga floating.
Rumusan masalah
Bagaimana hubungan tingkat suku bunga dengan investasi
dalam suatu Negara Indonesia?
PEMBAHASAN
Landasan Teori
Menurut Teori Klasik, teori tingkat
suku bunga merupakan teori permintaan penawaran terhadap tabungan. Teori
ini membahas tingkat suku bunga sebagai suatu faktor pengimbang antara
permintaan dan penawaran daripada investable fund yang bersumber dari tabungan. Teori
ekonomi klasik mengasumsikan, bahwa perekonomian senantiasa berada dalam
keadaan full employment. Dalam keadaan full employment itu
seluruh kapasitas produksi sudah dipergunakan penuh dalam proses produksi.
Oleh karena itu, kecuali meningkatkan efisiensi dan mendorong
terjadinya spesialisasi pekerjaan, uang tidak dapat mempengaruhi sektor
produksi. Dengan perkataan lain sektor moneter, dalam teori ekonomi
klasik terpisah sama sekali dari sektor riil dan tidak ada pengaruh timbal
balik antara kedua sektor tersebut.
Konsep tabungan menurut klasik
dikatakan, bahwa seorang dapat melakukan tiga hal terhadap selisih antara
pendapatan dan pengeluaran konsumsinya
yaitu: pertama, ditambahkan pada saldo tunai yang ditahannya. Kedua, dibelikan
obligasi baru dan ketiga, sebagai pengusaha, dibelikan langsung kepada
barang-barang modal. Asumsi yang digunakan disini adalah bahwa penabung
yang rasional tidak akan menempuh jalan yang pertama. Berdasarkan pada
pertimbangan bahwa akumulasi kekayaan dalam bentuk uang tunai adalah tidak
menghasilkan. Menurut teori klasik, bahwa tabungan
masyarakat adalah fungsi dari tingkat suku bunga. Makin tinggi tingkat
suku bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya
pada tingkat suku bunga yang lebih tinggi masyarakat akan terdorong untuk
mengorbankan atau mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah
tabungannya. Investasi juga merupakan fungsi dari tingkat suku bunga.
Makin tinggi tingkat suku bunga, maka keinginan masyarakat untuk
melakukan investasi menjadi semakin kecil. Hal ini karena biaya
penggunaan dana (cost of capital) menjadi semakin mahal, dan
sebaliknya makin rendah tingkat suku bunga, maka keinginan untuk melakukan
investasi akan semakin meningkat.
Teori penentuan tingkat suku bunga
Keynes dikenal dengan teori liquidity prefence. Keynes mengatakan bahwa
tingkat bunga semata-mata merupakan fenomena moneter yang mana pembentukannya
terjadi di pasar uang. Artinya tingkat suku bunga ditentukan oleh
penawaran dan permintaan akan uang. Keynes tidak
sependapat dengan pandangan ahli-ahli ekonomi klasik yang mengatakan bahwa
tingkat tabungan maupun tingkat investasi sepenuhnya ditentukan oleh tingkat
bunga, dan perubahan-perubahan dalam tingkat bunga akan menyebabkan tabungan yang
tercipta pada tingkat penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu sama dengan
investasi yang dilakukan oleh para pengusaha. Menurut Keynes, besarnya tabungan
yang dilakukan oleh rumah tangga bukan tergantung dari tinggi rendahnya tingkat
bunga. Ia terutama tergantung dari besar kecilnya tingkat pendapatan
rumah tangga itu. Makin besar jumlah pendapatan yang diterima oleh suatu
rumah tangga, semakin besar pula jumlah tabungan yang akan diperolehnya.
Apabila jumlah pendapatan rumah tangga itu tidak mengalami kenaikan atau
penurunan, peubahan yang cukup besar dalam tingkat bunga tidak akan menimbulkan
pengaruh yang berarti keatas jumlah tabungan yang akan dilakukan oleh rumah
tangga dan bukannya tingkat bunga.
Berbeda dengan teori klasik, teori
Keynes mengasumsikan bahwa perekonomian belum mencapai tingkat full
employment. Oleh karena itu, produksi masih dapat ditingkatkan tanpa
mengubah tingkat upah maupun tingkat harga-harga. Dengan menurunkan tingkat
suku bunga, investasi dapat dirangsang untuk meningkatkan produksi nasional.
Teori Keynes tentang Tingkat Suku Bunga
|
Gambar (a) menunjukkan uang kas diperlukan untuk
setiap tingkat pendapatan, berapapun tingkat suku bunga yang berlaku
nilai MT dan MP tidak elastis terhadap perubahan tingkat suku bunga. Pada
gambar (b) permintaan uang untuk spekulasi ditentukan oleh tingkat bunga,
yaitu:
- Apabila tingkat bunga tinggi permintaan rendah karena orang lebih suka memegang surat berharga seperti obligasi daripada memegang uang.
- Sebagai contoh, pada r0 permintaan uang pada spekulasi adalah sebanyak MS1 semakin menurun tingkat bunga semakin banyak permintaan uang untuk spekulasi karena orang lebih suka memegang uang daripada obligasi. Sebaliknya MSp elastis terhadap perubahan tingkat suku bunga dan mempunyai hubungan yang negatif.
Menurut Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus, investasi adalah
pengeluaran yang dilakukan oleh para penanam modal yang menyangkut penggunaan
sumber-sumber seperti peralatan, gedung, peralatan produksi dan mesin-mesin
baru lainnya atau persediaan yang diharapkan akan memberikan keuntungan dari
investasi tersebut.
Komarudin
(1983) memberikan pengertian investasi yaitu:
a. Suatu
tindakan membeli barang-barang modal.
b.
Pemanfaatan dana yang tersedia untuk produksi dengan pendapatan dimasa yang
akan datang.
c. Suatu
tindakan untuk membeli saham, obligasi atau surat penyertaan lainnya.
Adam smith menyatakan bahwa investasi dilakukan karena para pemilik modal
mengharapkan untung dan harapan masa depan keuntungan bergantung pada iklim
investasi pada hari ini dan pada keuntungan nyata. Smith yakin keuntungan
cenderung menurun dengan adanya kemajuan ekonomi. Pada waktu laju pemupukan
modal meningkat, persaingan yang meningkat antar pemilik modal akan menaikkan
upah dan sebaliknya menurunkan keuntungan.
Teori Konsep Marginal Efficiency of Capital
Dalam teori makro Keynes keputusan apakah suatu Investasi akan di
laksanakan atau tidak, tergantung pada perbandingan antara besarnya keuntungan
yang di harapkan (yang menyatakan dalam persentase satuan waktu waktu) di suatu
pihak dan biaya penggunaan dana atau tingkat bunga di pihak lain. Apabila
tingkat bunga yang berlaku di pasar uang sebesar 3% setiap
bulan (atau 36% setahun),
sedangkan keuntungan yang di harapkan sebesar 60% maka
investasi tersebut masih menguntungkan karena keuntungan (kotor) yang di
harapkan 60% jadi
melebihi ongkos pendanaan dapat di katakan 60%- 36% = 24% pertahun
untuk 10 tahun. Maka jika pengusaha tersebut “rasional” investasi tersebut akan
dilaksanakan Secara ringkas :
1. Jika
keuntungan yang diharapkan (MEC) lebih besar dari pada tingkat
bunga, maka investasi di laksanakan.
2. Jika MEC
lebih kecil dari pada tingkat bunga maka investasi tidak
dilaksanakan.
3. Jika MEC
= tingkat bunga maka investasi bisa di
laksanakan dan bisa juga tidak.
Tiga hal yang perlu di garis bawahi mengenai fungsi investasi pertama fungsi tersebut
mempunyai slope yang negative, artinya semakin rendah tingkat bunga semakin
besar pula tingkat pengeluaran investasi yang di inginkan. Kedua, dalam
kenyataan fungsi tersebut sulit untuk di peroleh sebab posisinya sangat stabil
(mudah berubah dalam jangka waktu yang sangat singkat). Kelebihan fungsi
investasi ini akan segera dapat di pahami karena posisinya sangat tergantung
pada nilai MEC dari proyek-proyek yang ada dan bahwa MEC adalah keuntungan yang
di harapkan oleh investor. Ketiga, yang perlu ditekankan adalah hubungan teori
Keynes dengan kenyataan, khususnya masalah tersedianya dana investasi.
Data dan Analisis
Salah satu
variabel yang dijadikan sebagai indikator untuk menentukan para investor mau
menanamkan dananya adalah stabilitas di pasar uang yang ditunjukkan dengan
variabel suku bunga. Data mengenai investasi dan suku bunga Indonesia
ditunjukkan dengan tabel berikut :
Tabel Investasi dan Suku bunga Indonesia
Tahun
|
Suku bunga (%)
|
Investasi (Milyar Rp.)
|
1997
|
21,01
|
199301,1
|
1998
|
40,07
|
160326,9
|
1999
|
21,2
|
125010,6
|
2000
|
13,5
|
187284,4
|
2001
|
16,48
|
254089,0
|
2002
|
16,5
|
252289,0
|
2003
|
11,59
|
250000,0
|
Sumber :
Badan Pusat Statistik
Pengujian Ekonometrika dengan menggunakan IBM SPSS STATISTICS
Variables
Entered/Removeda
|
|||
Model
|
Variables
Entered
|
Variables
Removed
|
Method
|
1
|
SUKUBUNGAb
|
.
|
Enter
|
a. Dependent Variable: INVESTASI
|
|||
b. All requested variables entered.
|
Model Summaryb
|
||||||
Model
|
R
|
R Square
|
Adjusted R Square
|
Std. Error of the
Estimate
|
Change Statistics
|
|
R Square Change
|
F Change
|
|||||
1
|
,553a
|
,306
|
,167
|
46241,79760
|
,306
|
2,204
|
ANOVAa
|
||||||
Model
|
Sum of
Squares
|
df
|
Mean
Square
|
F
|
Sig.
|
|
1
|
Regression
|
4713359191,085
|
1
|
4713359191,085
|
2,204
|
,198b
|
Residual
|
10691519228,455
|
5
|
2138303845,691
|
|||
Total
|
15404878419,540
|
6
|
||||
a. Dependent Variable: INVESTASI
|
||||||
b. Predictors: (Constant), SUKUBUNGA
|
Coefficientsa
|
||||||
Model
|
Unstandardized
Coefficients
|
Standardized
Coefficients
|
t
|
Sig.
|
||
B
|
Std. Error
|
Beta
|
||||
1
|
(Constant)
|
263122,026
|
43461,779
|
6,054
|
,002
|
|
SUKU BUNGA
|
-2946,585
|
1984,670
|
-,553
|
-1,485
|
,198
|
Collinearity
Diagnosticsa
|
|||||
Model
|
Dimension
|
Eigenvalue
|
Condition
Index
|
Variance
Proportions
|
|
(Constant)
|
SUKUBUNGA
|
||||
1
|
1
|
1,916
|
1,000
|
,04
|
,04
|
2
|
,084
|
4,763
|
,96
|
,96
|
|
a. Dependent Variable: INVESTASI
|
Residuals
Statisticsa
|
|||||
Minimum
|
Maximum
|
Mean
|
Std.
Deviation
|
N
|
|
Predicted Value
|
145052,3750
|
228971,1094
|
204043,0000
|
28027,84089
|
7
|
Std. Predicted Value
|
-2,105
|
,889
|
,000
|
1,000
|
7
|
Standard Error of Predicted Value
|
17581,299
|
43407,273
|
23190,947
|
9236,408
|
7
|
Adjusted Predicted Value
|
31794,9512
|
233625,6406
|
187876,0914
|
69658,95658
|
7
|
Residual
|
-75643,82813
|
39526,69141
|
,00000
|
42212,79275
|
7
|
Std. Residual
|
-1,636
|
,855
|
,000
|
,913
|
7
|
Stud. Residual
|
-1,769
|
,958
|
,089
|
1,060
|
7
|
Deleted Residual
|
-88502,67188
|
128531,94531
|
16166,90857
|
70495,57979
|
7
|
Stud. Deleted Residual
|
-2,588
|
,949
|
-,036
|
1,303
|
7
|
Mahal. Distance
|
,010
|
4,430
|
,857
|
1,601
|
7
|
Cook's Distance
|
,000
|
3,404
|
,572
|
1,252
|
7
|
Centered Leverage Value
|
,002
|
,738
|
,143
|
,267
|
7
|
a. Dependent Variable: INVESTASI
|
Coefficientsa
|
|||||||
Model
|
95,0% Confidence
Interval for B
|
Correlations
|
Collinearity
Statistics
|
||||
Lower Bound
|
Upper Bound
|
Zero-order
|
Partial
|
Part
|
Tolerance
|
||
1
|
(Constant)
|
151399,965
|
374844,086
|
||||
SUKU BUNGA
|
-8048,342
|
2155,173
|
-,553
|
-,553
|
-,553
|
1,000
|
Coefficientsa
|
||
Model
|
Collinearity
Statistics
|
|
VIF
|
||
1
|
(Constant)
|
|
SUKU BUNGA
|
1,000
|
Model linier
A. Investasi = f
(Suku bunga)
Ŷ = β0 + β1X1
Y = 165519,5915– 1921,367006 X1
β0 = 165519,5915
Jika X1 (Suku bunga) = 0, maka Y (investasi rata-rata
Rp 165.519,59 Milyar)
β1 = -1921,367006
Jika X1 (Suku bunga) naik 1%,
maka Y (investasi)
turun Rp 1.921,37 Milyar
b. Teori
Jika suku bunga naik, maka
investasi berkurang (-) ; Jika investasi naik,
maka suku bunga bisa naik
atau turun (+/-)
Uji tanda
Y = investasi ; X1
= SKB
Persamaan regresi : Y = 165519,59 – 1921,37 X1
(lolos uji tanda)
Uji multikolinearitas
Nilai VIF (
Variance Inflation Factor) diperoleh = 1,000 maka nilai VIF < 10,00 sehingga
dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas.
Nilai
Tolerance diperoleh = 1,000 maka nilai tolerance > 0,10 sehingga dapat
disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas.
Uji Goodness of Fit
R2 = 0,306 = 31 % < 69 %, maka
tidak lolos uji goodness of fit
Kemampuan semua
variable bebas (yaitu Suku bunga) dalam
menjelaskan perubahan variable tidak bebas (investasi) adalah 31 % sedangkan
sisanya 69 %
dijelaskan oleh faktor lain.
Dari data
diatas dapat diketahui bahwa ketika tingkat suku bunga naik yaitu dari 21,01%
pada tahun 1997 ke tingkat 40,07% pada tahun 1998, investasi menurun sebesar
Rp38.974,2 milliar. Dan ketika tingkat suku bunga turun yaitu dari 21,2% pada
tahun 1999 ke tingkat 13,5% pada tahun 2000, maka investasi meningkat sebesar
Rp62.273,8 milliar. Sehingga sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa ketika
tingkat suku bunga naik, maka investasi menurun dan sebaliknya. Namun pada
tahun 1999 dengan tingkat suku bunga 21,2%, investasi hanya sebesar Rp125.010,6 milliar sehingga dapat juga diambil kesimpulan bahwa tidak selamanya
tingkat investasi sepenuhnya dipengaruhi oleh tingkat suku bunga. Karena dapat
diketahui pada tahun 1999 tersebut, keadaan politik Indonesia masih terguncang
dan kondisi masyarakat pada saat itu masih tidak stabil karena dikhawatirkan
akan kembali terjadi kerusuhan-kerusuhan, ditambah lagi imbas akibat krisis
moneter pada tahun 1997-1998 pada investor menyebabkan kondisi ekonomi dalam
negeri belum pulih kembali sehingga keadaan politik juga dapat mempengaruhi
tingkat investasi di Indonesia.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari
pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan tingkat suku bunga dengan
investasi adalah negative yaitu ketika tingkat suku bunga naik, maka investasi
akan berkurang dan demikian sebaliknya jika tingkat suku bunga turun maka
investasi akan bertambah. Tetapi pengaruh tingkat suku bunga terhadap investasi
tidak terlalu besar yakni hanya 31% dimana sisanya yaitu 69 % dipengaruhi oleh
faktor lain selain tingkat suku bunga. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat suku
bunga berhubungan negatif dengan kegiatan investasi benar akan tetapi tidak
berlaku lagi di masa sekarang ini. Kegiatan investasi tidak hanya
dipengaruhi oleh tingkat suku bunga akan tetapi dipengaruhi oleh faktor lain
seperti situasi politik dan keamanan dalam negeri, keadaan ekonomi (inflasi, kondisi nilai tukar, infrastruktur) , ketidakpastian
hukum, dan pergantian kepemimpinan negara dan pejabat yang terkait. Selain itu perubahan
tingkat suku bunga hanya berpengaruh pada investor domestik akan tetapi
investor asing dipengaruhi oleh faktor eksternal.
Saran
Peran serta pemerintah sangat
berpengaruh terhadap iklim investasi di Indonesia terutama dalam penentuan
kebijakan-kebijakan dan perundang-undangan. Pemerintah dalam menciptakan keadaan yang kondusif di dalam negeri
dapat meningkatkan kepercayaan investor dalam menanamkan modalnya sehingga
tingkat investasi dapat meningkat. Kestabilan ekonomi juga perlu diciptakan
guna meningkatkan investasi sehingga pertumbuhan ekonomi dapat tercapai dengan
tingkat kemiskinan yang rendah, dan pengangguran yang sedikit.
DAFTAR PUSTAKA
Ekonomi Moneter,Team Pengampuh.Fakultas Ekonomi.Unimed.2015
http://www.bps.go.id
Teori Ekonomi Makro,Team Pengampuh.Fakultas
Ekonomi.Unimed.2015