CRITICAL BOOK
“SOSIOLOGI DESAIN”
MATA KULIAH : DASAR-DASAR ANTROPOLOGI & SOSIOLOGI
NAMA DOSEN : KHAIRUDIN EFFENDI TAMBUNAN, M.Si
Disusun Oleh
Nama : Ismah Pratiwi
NIM : 7133141041
Kelas : E Reguler
NIM : 7133141041
Kelas : E Reguler
JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2013
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2013
Kata
Pengantar
Puji dan
syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
ridhoNya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas critical book mengenai “Sosiologi
Desain” ini. Saya juga berterimakasih
kepada bapak dosen yang bersangkutan yang telah memberikan bimbingannya dalam
penyelesaian tugas ini.
Dalam tugas
ini saya memaparkan mengenai kaitan ilmu sosiologi dan desain dan kaitannya
terhadap kehidupan masyarakat, kelebihan dan kekurangan dari buku Sosiologi
Desain, ringkasan dari buku Sosiologi Desain, dan hal-hal lain yang berkaitan
dengan Sosiologi Desain.
Saya
menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh sebab itu saya meminta
maaf apabila terdapat kata, penjelasan, dan hal-hal lain yang tak berkenan atau
masih kurang sempurna. Akhir kata saya ucapkan terima kasih . Semoga dapat
bermanfaat bagi yang membacanya.
Medan, Desember
2013
Ismah Pratiwi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………..………………………..ii
DAFTAR ISI………………………………………….………………………………………iii
BAB
I : PENDAHULUAN
1. Latar Belakang………………………………………………………………………………1
2. Tujuan……………………………………………………………………………………….1
BAB
II : PEMBAHASAN
3. Identitas buku………………………………………………………………………………..2
4. Ringkasan buku………………………………………….…………………………………..2
5. Kelebihan dan kekurangan isi
buku…………………………...…………………………….9
BAB
III : PENUTUP
6. Kesimpulan………………………………………………….………………………..……10
Daftar Pustaka…………………….…...……………………………………………...11
LAMPIRAN
BAB
I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Sosiologi Desain sebagai
suatu ilmu belumlah mantap, seperti halnya keilmuan desain sendiri yang masih
mengalami kontraksi dalam metodologi dan epistemologinya. Sosiologi Desain
sebagai cabang ilmu baru, telah dirintis oleh Victor Papanek dalam buku The design for real world (1976) yang
memaparkan fenomena desain di Negara-negara berkembang dengan segala
permasalahannya, dan juga dalam bukunya yang lain Green Imperative (1993) . Di berbagai perguruan tinggi terkemuka di
Negara-negara maju pun, istilah Sosiologi desain dipergunakan secara hati-hati,
karena riset-riset yang berkaitan dengan desain dan fenomena social masih
terbatas, umumnya masih berkisar tentang gaya hidup, dampak social karya
desain, budaya massa, sejarah social, komunikasi social, persoalan gender, dan
perubahan social akibat penggunaan teknologi.
Sedangkan di Indonesia
sendiri, belum berkembang ilmu social yang mempermasalahkan desain sebagai
bagian dari kajian utama . Pemantapan Sosiologi Desain sebagai suatu cabang
ilmu social ataupun ilmu desain, masih memerlukan waktu yang cukup lama. Selama
ini, pendekatan-pendekatan yang dilakukan masih cenderung mengadopsi teori ilmu
social umum.
Sudah sejak lama masyarakat
teknologi dan senirupa kurang memiliki ‘hubungan yang mesra’ dengan masyarakat
ilmu-ilmu social. Hal itu ditunjukkan oleh masyarakat teknologi di ITB yang
harus membangun wacana keilmuan baru untuk ‘memanusiakan’ teknologi melalui
pengembangan kajian Sosio-Teknologi serta menyelenggarakan berbagai perkuliahan
ilmu social untuk berbagai disiplin keilmuan. Jauh sebelumnya, hal itu telah
terjadi didalam masyarakat senirupa. Kesadaran yang begitu tinggi terhadap
pentingnya ilmu social dalam wacana kesenirupaan dan desain telah terbentuk
sejak tahun 1970-an, terutama terlihat pada sebagian besar penelitian skripsi
mahasiswa, ataupun penelitian yang dilakukan oleh para pengajar di lingkungan
perguruan tinggi senirupa. Kebutuhan yang begitu mendesak berdasar keterlibatan
social yang semakin kompleks itulah yang kemudian digagas untuk membentuk
perkuliahan Kajian Desain dan Dinamika Sosial. Akhirnya berkembang kebutuhan
untuk melakukan kajian interdisiplin berbagai bidang.
Tujuan
1.
Untuk
memahami kaitan antara ilmu sosiologi dan ilmu desain dan pengaruhnya terhadap
kehidupan masyarakat
2.
Untuk
menambah wawasan tentang sosiologi desain
3.
Untuk
mengetahui kelebihan buku dan mengkritik kekurangan buku
BAB
II
PEMBAHASAN
Identitas
Buku
1.
Judul
buku :
Sosiologi Desain
2.
Pengarang
: Agus Sachari
3.
Penerbit
: ITB
4.
Tahun
terbit : 2002
5.
Kota
terbit : Bandung
6.
Tebal
buku : 133 halaman
7.
Ukuran
: 24,5 x 16,5 cm
Ringkasan Isi Buku
Sumber
: Sosiologi Desain
I . SOSIOLOGI DESAIN
Dalam kajian Sosiologi Desain, hal-hal yang dipaparkan cenderung berbasisi fenomena social kebendaan yang telah lazim dan banyak kasusnya disekitar kita. Seperti misalnya hubungan antara manusia, kebijakan pembangunan, masyarakat, alam dan dunia kebendaan.
Menurut
Weber, ada empat kategori ideal suatu aksi social yaitu :
1)
Perilaku
yang bertujuan untuk memperoleh hasil yang efisien.
2)
Perilaku
yang berisi nilai yang bertujuan untuk merealisasikannya.
3)
Perilaku
tradisional menyangkut tingkah laku yang memiliki aturan dan sanksi.
4)
Perilaku
emosional yang menyangkut rasa dari setiap individu.
Metode
sosiologi terbagi atas dua kelompok yaitu :
v
Metode
kuantitatif dan kualitatif : metode kuantitatif dilakukan dengan pendekatan
kepada masyarakat melalui wawancara, pertanyaan terarah, ataupun partisipasi.
Metode kualitatif dilakukan melalui pendekatan historis, kajian dokumen,
interpretasi peristiwa, kajian informasi, merekam suatu kejadian, pemotretan
hingga menafsir satu fenomena social melalui pencatatan lapangan yang kemudian
dipaparkan dalam bentuk terolah.
v
Kajian
sosiologi terapan : kajian yang bertujuan untuk menyusun strategi pemecahan
suatu persoalan social tertentu atau menyusun kebijakan social berkaitan dengan
pembangunan yang hendak dijalankan.
Sosiologi
desain merupakan suatu ilmu pengetahuan
yang mempelajari perilaku individu, sekelompok orang atau masyarakat yang
dipengaruhi oleh karya desain tertentu atau sebaliknya, yaitu karya-karya
desain yang menciptakan situasi social tertentu dengan pendekatan-pendekatan
secara komprehensif. Sosiologi desain menyangkut tiga unsur utama yaitu Manusia
↔ Benda ↔ Sistem Nilai. Kegiatan desain yang berkaitan dengan pemberdayaan
sector ekonomi, tidak terlepas dari kebijakan pembangunan, tenaga kerja, produk
yang dihasilkan, system pemasaran, gaya hidup masyarakat konsumennya dan juga
wilayah-wilayah yang mendukungnya.
Bagan
spesifik kajian Sosiologi Desain :
![]() |
|||
|
|||


|
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
II.
POKOK PERMASALAHAN SOSIAL DI INDONESIA
1.
Pelipatan
Jumlah Penduduk
Desain memiliki keterkaitan langsung deengan jumlah
penduduk diantaranya berhubungan dengan potensi pasar, lapangan pekerjaan, dan
situasi sosialnya.
Yang menjadi perhatian ialah terdapatnya penurunan
angka kematian dan angka harapan hidup terus meningkat. Pelipatan jumlah
penduduk yang semakin besar membawa masalah tersendiri dalam hal pemenuhan
kebutuhan dan kemampuan bertahan hidupnya. Jika keberhasilan perekonomian
Indonesia dibangun dengan menggalakkan ekspor produk komoditi yang mengandalkan
tenaga kerja murah, di masa yang akan datang hal itu tidak akan bisa
dipertahankan karena tuntutan kompleksitas dan kualitas produk yang diminati
konsumen akan semakin tinggi akibat keterbukaan dan persaingan yang semakin
ketat.
Kebijakan pendidikan cenderung menekankan kepada
aspek-aspek ‘kognitif’ dibanding dengan keterampilan dan kemahiran sehingga
tenaga menengah terampil untuk mengisi lowongan di sector industri kecil kurang
terisi. Hal itu ditunjukkan semakin tingginya angka pengangguran professional
ditingkat sarjana.
2.
Dinamika
Sosial Ekonomi
Kecenderungan konsumsi masyarakat dan system nilai
yang terbangun, karena konsentrasi penduduk di kota-kota besar semakin memiliki
kecenderungan untuk ‘tertular’ oleh situasi yang sama atau lebih rumit yang
terjadi diberbagai belahan dunia. Diberlakukannya otonomi daerah dan lahirnya
propinsi-propinsi baru di Indonesia, memperkuat tumbuhnya jalur-jalur social
baru yang sulit diprediksi. Hal itu menyebabkan kota-kota dalam propinsi baru tersebut
akan berusaha mengimbangi kota-kota besar lainnya, baik membentuk replica kota
seperti Jakarta ataupun membentuk kota-kota baru seperti halnya kota di
Negara-negara maju.
3.
Fenomena
Konsumen
Dalam kajian-kajian utama sosiologi desain, disamping
factor-faktor dasar yang menjadi arena kehidupan manusia, juga selalu memiliki
keterkaitan tumbuhnya masyarakat konsumen dan gaya hidup masyarakat. Desain
dapat diamati sebagai sebuah fenomena gaya hidup dan perilaku social
masyarakat, serta dapat dijadikan indicator tingkat dan minat konsumsi
masyarakat terhadap suatu barang atau kelompok barang tertentu. Menurut
Modigliani, individu merencanakan perilaku konsumsi dan tabungan mereka untuk
pendanaan konsumsi di masa depan.
4.
Kesenjangan
Ekonomi
Dalam situasi pemerosotan intelektualitas anak bangsa
secara social telah menumbuhkan konflik-konflik budaya yang diakibatkan oleh
media elektronik dan cetak yang selalu menayangkan gaya hidup Negara-negara
maju, di lain pihak masyarakat mengalami ‘sakit ekonomi’ yang akut. Situasi
tersebut tentu saja menciptakan anomali social yang menumbuhkan angka
kriminalitas yang semakin tinggi. Desain dengan berbagai bentuk perwujudan
fisiknya menjadi bagian yang menumbuhkan kecemburuan sosial.
5.
Mentalitas
Sosial
Mentalitas sosial yang positif seperti :
- Tumbuhnya jiwa perjuangan, tidak mudah menyerah, tahan uji, serta optimisme yang kuat.
- Tumbuhnya jiwa perjuangan, tidak mudah menyerah, tahan uji, serta optimisme yang kuat.
Mentalitas sosial yang
kurang positif yaitu :
- Desain mimpi ; yaitu jika masyarakat melihat suatu bangsa dapat mendesain mobil tanpa proses penguasaan teknologi secara bertahap lalu mengamati secara nyata bahwa hal-hal yang selama ini ditekstualisasi kebenarannya hhanyalah bersifat semu.
- Desain gender ; yaitu adanya pemikiran perbedaan derajat antara laki-laki dan wanita.
- Desain horror ; yaitu bentuk desain yang membahayakan namun dianggap sebagai hiburan atau ditekstualisasikan sebagai ‘bacaan’ dan perilaku yang menyenangkan. Contohnya, iklan rokok yang menampilkan gadis sensual.
- Desain kriminal ; yaitu adanya penyimpangan kegunaan desain dalam masyarakat. Contohnya, pelanggaran lalu lintas, pembuangan sampah di sungai dll.
- Desain mimpi ; yaitu jika masyarakat melihat suatu bangsa dapat mendesain mobil tanpa proses penguasaan teknologi secara bertahap lalu mengamati secara nyata bahwa hal-hal yang selama ini ditekstualisasi kebenarannya hhanyalah bersifat semu.
- Desain gender ; yaitu adanya pemikiran perbedaan derajat antara laki-laki dan wanita.
- Desain horror ; yaitu bentuk desain yang membahayakan namun dianggap sebagai hiburan atau ditekstualisasikan sebagai ‘bacaan’ dan perilaku yang menyenangkan. Contohnya, iklan rokok yang menampilkan gadis sensual.
- Desain kriminal ; yaitu adanya penyimpangan kegunaan desain dalam masyarakat. Contohnya, pelanggaran lalu lintas, pembuangan sampah di sungai dll.
III.
DESAIN DAN PERILAKU SOSIAL
Terdapat dua masalah kunci di kota-kota besar yaitu :
1)
Masalah
perkotaan dengan sistem pengelolaannya
2)
Permasalahan
detil perkotaan yang menyangkut perilaku warganya dalam memelihara dan
berkegiatan di dalam kota
Berdasarkan letak geografis, kota baru di Indonesia
memiliki cirri sebagai berikut :
a. Kota baru yang tumbuh dari kota induk yang meluas dengan skala yang besar ke wilayah pinggiran yang berbatasan langsung dengan kota induk.
b. Kota satelit, yaitu terbentuk bagi peruntukkan tempat tinggal yang letaknya terpisah dari kota induk namun secara fungsional tergantung pada kota induk. Contohnya Kebayoran Baru (1953), Banjar Baru (1953), Bale Endah (1976).
c. Kota mandiri, yaitu kota yang mandiri dalam memenuhi kehidupan dan kegiatan usaha penduduknya. Contohnya Jabodetabek.
d. Kota yang terbentuk karena kegiatan yang spesifik seperti pariwisata,militer, pusat rekreasi dan sejenisnya. Contohnya Lhoukseumawe, Batam, Cilegon.
a. Kota baru yang tumbuh dari kota induk yang meluas dengan skala yang besar ke wilayah pinggiran yang berbatasan langsung dengan kota induk.
b. Kota satelit, yaitu terbentuk bagi peruntukkan tempat tinggal yang letaknya terpisah dari kota induk namun secara fungsional tergantung pada kota induk. Contohnya Kebayoran Baru (1953), Banjar Baru (1953), Bale Endah (1976).
c. Kota mandiri, yaitu kota yang mandiri dalam memenuhi kehidupan dan kegiatan usaha penduduknya. Contohnya Jabodetabek.
d. Kota yang terbentuk karena kegiatan yang spesifik seperti pariwisata,militer, pusat rekreasi dan sejenisnya. Contohnya Lhoukseumawe, Batam, Cilegon.
Perilaku
khas yang terjadi di berbagai kota di Indonesia diantaranya :
Ø
Perwajahan
kota yang tak tertib
Ø
Ruwetnya
sistem informasi
Ø
Kemacetan
permanen
Ø
Kota
yang kotor
Ø
Pamer
“kemewahan”
Ø
Masyarakat
miskin yang tak terkendali
Ø
Mentalitas
ugal-ugalan
Ø
Pekerjaan
tumpang tindih
Ø
Warga
merasa tak memiliki
Pembangunan sarana hunian di Indonesia, secara umum
dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu :
1. Sarana hunian yang dibangun pemerintah
2. Sarana hunian yang dibangun atas swadaya masyarakat
3. Bangunan yang didirikan oleh investor asing atau bantuan luar negeri.
1. Sarana hunian yang dibangun pemerintah
2. Sarana hunian yang dibangun atas swadaya masyarakat
3. Bangunan yang didirikan oleh investor asing atau bantuan luar negeri.
Perkembangan arsitektur hunian di kota-kota besar
Indonesia terbagi atas 3 paradigma yang berbeda yaitu :
1. Arsitektur perkotaan yang ditandai oleh tumbuhnya gedung perkantoran pencakar langit, supermall, dan pusat bisnis.
2. Arsitektur perumahan baru baik berupa ‘BTN’, rumah mewah, ruko, maupun villa.
3. Arsitektur masyarakat yang kurang mampu berupa bedeng-bedeng, gubuk, rumah papan dan rumah tak beraturan.
1. Arsitektur perkotaan yang ditandai oleh tumbuhnya gedung perkantoran pencakar langit, supermall, dan pusat bisnis.
2. Arsitektur perumahan baru baik berupa ‘BTN’, rumah mewah, ruko, maupun villa.
3. Arsitektur masyarakat yang kurang mampu berupa bedeng-bedeng, gubuk, rumah papan dan rumah tak beraturan.
Permasalahan kondisi arsitektural yang ada di
kota-kota Indonesia pada umumnya yaitu:
a)
Tumbuh
secara organic, dengan bentuk yang tak beraturan.
b)
Setiap
individu dapat membangun rumah sekehendak hati dengan gaya dan luas yang bebas.
c)
Izin
bangunan diberikan secara tidak konsisten dan tanpa pengawasan lapangan.
d)
Bentuk
pertokoan hamper-hampir tenggelam dalam iklan dan ‘perang’ verbal.
e)
Bentuk
pagar hunian amatlah bebas, bahkan cenderung menutupi bangunan.
f)
Di
berbagai kota tampak terjadi bauran antara perumahan mewah dan kumuh.
g)
Kurang
diperhatikannya aspek sanitasi dan pembuangan sampah.
h)
Tidak
terdapat kebiasaan menanam pohon sebagai bagian penghijauan perkotaan.
i)
Tumbuhnya
para pedagang kaki lima di berbagai ruas jalan dan kompleks hunian.
j)
Simpang
siurnya kabel listrik dan telepon diantara atap-atap rumah dan tampak tak
tertata dengan baik.
k)
Berkembangnya
penggunaan portal dan ‘polisi tidur’ di berbagai hunian tanpa memperhatikan
pemakai jalan.
l)
Tak
tertibnya ketinggian bangunan di berbagai ruas jalan utama.
m)
Terbatasnya
lahan parkir baik secara pribadi maupun umum sehingga banyak kendaraan parkir
di badan-badan jalan secara tak tertib.
n)
Kacaunya
sistem informasi jalan dan penomoran rumah.
IV.
DESAIN DAN POLITIK PEMBANGUNAN
Berikut upaya pembangunan ekonomi nasional secara bertahap
:
a)
Program
rehabilitasi dan pemulihan ekonomi nasional (1966-1970)
b)
Pertumbuhan
ekonomi nasional yang pesat (1971-1980)
c)
Penyesuaian
terhadap melemahnya harga minyak (1982-1986)
d)
Upaya
pemulihan ekonomi (1987-1997)
e)
Krisis
ekonomi dan gejolak sosial (1997-…)
Berikut upaya pemerintah dalam pembangunan daerah :
a)
Mempersempit
kesenjangan antardaerah
b)
Program
pembangunan pedesaan dalam Repelita VI
c)
Usaha
mengatasi pengangguran
d)
Pembinaan,
pendampingan, dan pelatihan.
Keberhasilan pembangunan menumbuhkan pula berbagai
dampak sosial yang baru yaitu:
a)
Tidak
adanya pemerataan hasil-hasil pembangunan
b)
Berlangsungnya
praktik korupsi dalam menjalankan program pembangunan
c)
Hukum
telah menjadi barang komoditas yang dapat dipermainkan
d)
Jumlah
hutang luar negeri berkembang sedemikian besar
e)
Terjadinya
pelanggaran HAM dan eksploitasi SDA di beberapa daerah tanpa memakmurkan
masyarakat setempat.
Desain dalam hal kepedulian sosial diantaranya adalah
:
v
Desain
dan alternatif pekerjaan baru ; dalam fenomena pengangguran, desain memberikan alternatif
pada sektor ekonomi masyarakat melalui pendekatan partisipasif seperti pembuatan
produk kerajinan, produk alat rumah tangga, produk alat-alat pembersih dan
berkebun, juga produk penunjang berdagang yang praktis dengan modal kerja yang
relatif murah namun memiliki pangsa pasar yang tinggi.
v
Desain
bagi para penyandang cacat ; misalkan dalam penyediaan fasilitas kursi roda,
sarana penyeberangan, tangga bangunan, alat pendidikan, alat kebugaran,
fasilitas hiburan dan lain sebagainya.
v
Desain
dan pelayanan kesehatan ; seperti standardisasi pembangunan puskesmas, furnitur
puskesmas hingga hingga peralatan kedokteran, peralatan rumah sakit, peralatan
pendukung kesehatan dan lain sebagainya.
v
Desain
untuk para pesakitan ; misalnya dalam hal rehabilitasi individu-individu yang
pernah melakukan kriminalitas dan telah dipenjara. Maka dilakukan desain-desain
bagi para pesakitan berat maupun ringan untuk memperbaiki mental maupun
jiwanya.
v
Desain
kerajinan rakyat ; dalam hal ini desain mengajarkan mengenai inovasi-inovasi
baru dalam kerajinan rakyat agar tercapai perkembangan kerajinan itu sendiri
tanpa mengubah karakter asli dari kerajinan suatu daerah.
v
Desain
bagi sektor informal ; dalam hal ini berhubungan dengan ketertiban perkotaan,
misalkan permasalahn pedagang kaki lima, pedagang asongan, parkir liar, dan
hal-hal lain yang berhubungan dengan penataan kota.
v
Desain
bagi kemanusiaan ; dalam hal ini kajian desain meliputi persoalan yang
berkaitan dengan nilai-nilai sosial, hubungan antarbangsa, hubungan antarkebudayaan,
hubungan antaragama, dan juga termasuk didalamnya perang, terror, kriminalitas,
dan juga komunikasi.
V.
DESAIN DAN GAYA HIDUP
Unsur-unsur
yang mempengaruhi terbangunnya gaya hidup modern yaitu :
a)
Adanya
produk komoditas
b)
Adanya
budaya benda kontemporer
c)
Wacana
cita rasa dominan
d)
Adanya
peningkatan ekonomi dalam masyarakat
Dampak gaya hidup modern terhadap masyarakat yaitu :
a)
Terjadinya
perubahan perilaku sosial didalam masyarakat
b)
Adanya
kecenderungan gaya kebendaan
c)
Perubahan
pola konsumsi
Mentalitet yaitu terbentuknya nilai-nilai modernitas
yang cepat.
Peranan
budaya mentalitas melahirkan dua pola kepribadian dalam diri masyarakat yaitu:
1. Secara teraga modernisasi yang terselenggara pada kurun waktu setengah abad sejak kemerdekaan berlangsung termasuk proses pengideologiannya.
2. mentalitas yang menyertai modernisasi tersebut masih mengakar kepada nilai-nilai ‘masa lalu’.
1. Secara teraga modernisasi yang terselenggara pada kurun waktu setengah abad sejak kemerdekaan berlangsung termasuk proses pengideologiannya.
2. mentalitas yang menyertai modernisasi tersebut masih mengakar kepada nilai-nilai ‘masa lalu’.
Kelemahan-kelemahan
mentalitas dalam menyelenggarakan pembangunan yaitu :
a)
Sifat
mentalitet yang meremehkan mutu (keterbatasan perolehan pendidikan, lemah dalam
penguasaan teknologi, monopoli, sikap yang mudah menerima produk ‘apa adanya’)
b)
Sifat
mentalitet yang suka menerabas
c)
Sifat
tak percaya kepada diri sendiri
d)
Sifat
tak berdisiplin murni
e)
Sifat
yang suka mengabaikan tanggung jawab yang kokoh.
Upaya-upaya yang ditempuh dalam proses percepatan
nilai-nilai estetis modern yaitu :
1)
Meniru
nilai-nilai estetis dari Negara-negara yang dinilai lebih modern, fenomena ini
lazim terutama pada generasi muda yang secara cepat menyerap kebudayaan Barat
yang dinilai lebih modern.
2)
Mengadopsi
nilai-nilai modernitas untuk disesuaikan dengan situasi sossial dan ekonomi
masyarakat, terutama pemikiran dan gaya estetis
3)
Modifikasi
nilai-nilai modernitas, terutama dalam bidang teknologi
4)
Mengembangkan
nilai-nilai modernitas sebagai bagian terselenggaranya masyarakat modern yang
bersifat universal.
Gaya hidup modern masyarakat perkotaan Indonesia,
telah mengalami proses pemantapan (ketergantungan) sejalan dengan perkembangan
ekonomi dan percepatan informasi kebudayaan dunia yang mempengaruhinya.
Demikian pula perkembangan nilai-nilai estetik (terutama varian-variannya) yang
telah menjadi kebudayaan massa, mengalami pemantapan yang tak terpisahkan dari
cita rasa masyarakat modern tersebut. Masyarakat Indonesia kemudian mulai
mengenal budaya komoditas dalam berbagi bentuknya dan diserap, ditiru serta
dikembangkan menjadi kebudayaan masyarakat Indonesia baru.
Penilaian
Terhadap Buku
Kelemahan buku :
1.
Kajian
konsep kata dan kalimat yang disajikannya sulit dimengerti oleh pembaca atau
tidak mudah dipahami saat dibaca.
2.
Kata-katanya
sangat baku dan hampir banyak pengulangan kata-kata.
3.
Bahasa
dan kalimat yang digunakan dalam buku lumayan susah untuk dimengerti dan
dicerna, kata-katanya tidak begitu mudah untuk dipahami sehingga pembaca harus
lebih serius dan berkonsentrasi saat membacanya.
4.
Tidak
secara mendalam membahas mengenai kaitan Sosiologi dengan desain.
5.
Sampul/cover
kurang menarik karena gambar yang ada disampul terlihat abstrak dan sulit untuk
dimengerti secara jelas.
Kelebihan buku :
1.
Penjelasan
pokok masalah dibahas secara luas.
2.
Cakupan
Materi isi buku sudah lumayan lengkap.
3.
Terdapat
bagan, ataupun diagram yang dapat memperjelas pembahasan dan mudah diketahui
secara langsung dan singkat tanpa membaca lagi isi kalimat.
4.
Terdapat
lampiran-lampiran yang berisi mengenai keadaan-keadaan sosial yang terjadi
dimasyarakat sehingga dapat menambah wawasan pembaca karena bernilai historis
yang tinggi.
5.
Penjelasan
dan contoh-contoh kasus yang terdapat didalam isi buku lebih banyak diambil
dari permasalahan dan kejadian sosial yang berada di Indonesia sehingga dapat
menambah wawasan pembaca mengenai sejarah dan keadaan nyata dari bangsa
Indonesia sehingga dapat memberi motivasi untuk memperbaiki Negara Indonesia
dalam bidang sosial dan yang berkaitan dengannya.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Makna desain dalam kegiatan
sosial secara luas, merupakan wujud dari upaya-upaya pemecahan
persoalan-persoalan fisik manusia. Namun juga dapat menjadi persoalan sosial
baru bagi manusia lainnya. Untuk kajian-kajian sosiologi desain, bagaikan
siklus yang selalu kembali ke awal ataupun seperti spiral yang berputar. Dari
situlah akhirnya tumbuh kesadaran bahwa desain hakikatnya ‘hidup’ dan merupakan
bagian dari sistem sosial itu sendiri. Keteragaan yang dapat diamati oleh mata,
tidak sepenuhnya benar karena nilai-nilai yang menyertainya melingkupi wilayah
abstrak dan bersifat konseptual, dan dapat berkembang menjadi apa saja tatkala
sistem sosial itu ‘hidup’ tanpa dapat diawasi.
Dari segi komunikasi, desain
dapat mengkomunikasikan berbagai hal, baik sebagai ekspresi masyarakat tertentu
yang berkaitan dengan gaya hidupnya, pendalaman kebudayaan sebuah bangsa
ataupun sebagai komunikasi praktis nonverbal. Sedangkan dari segi ekonomi,
desain dapat berperan sebagai peningkat kualitas produk ataupun upaya penyelaras
cita rasa dengan penggunaannya. Dari segi budaya, desain dapat pula merupakan
wujud ‘memanusiakan’ benda pakai agar memiliki kepatutan dalam lingkungan
sosial, disamping juga sebagai tanda-tanda keadaban artifak yang dibuat pada
kurun waktu tertentu.
Desain dapat dipandang
sebagai sosok apapun dalam kacamata sosiologi. Desain dapat pula menjadi biang
pemicu kecemburuan sosial, dapat menjadi biang munculnya gaya hidup baru, dapat
menjadi pemecahan masalah sosial, dan dapat pula menjadi pemicu lahirnya wacana
besar dalam kebudayaan material. Substansinya yang absolute adalah desain
sebagai ‘media’ manusia untuk menjasmani dan membangun dunianya. Didalamnya
telah memuat aspek penciptaan, mimpi-mimpi, kreativitas, teknologi, keindahan
dan juga unsur-unsur yang mendukungnya menjadi bagian dari peradaban.
DAFTAR
PUSTAKA
Sachari,Agus.Sosiologi Desain.Bandung:ITB,2002
Harrah's Ak-Chin Casino & Resort - KAYAK - KTNV
ReplyDeleteHarrah's Ak-Chin Casino 서울특별 출장안마 & Resort 제천 출장마사지 is 춘천 출장샵 located in Maricopa, Arizona 안양 출장마사지 and provides an entertainment venue featuring 파주 출장안마 a casino,