Tuesday, 24 November 2015

Kritikal Buku Sosiologi Desain


CRITICAL BOOK
“SOSIOLOGI DESAIN”

MATA KULIAH : DASAR-DASAR ANTROPOLOGI & SOSIOLOGI
NAMA DOSEN : KHAIRUDIN EFFENDI TAMBUNAN, M.Si



  Disusun Oleh
  Nama        : Ismah Pratiwi
  NIM                   : 7133141041
  Kelas         : E Reguler




JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2013


Kata Pengantar


Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan ridhoNya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas critical book mengenai “Sosiologi Desain” ini. Saya  juga berterimakasih kepada bapak dosen yang bersangkutan yang telah memberikan bimbingannya dalam penyelesaian tugas ini.
Dalam tugas ini saya memaparkan mengenai kaitan ilmu sosiologi dan desain dan kaitannya terhadap kehidupan masyarakat, kelebihan dan kekurangan dari buku Sosiologi Desain, ringkasan dari buku Sosiologi Desain, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan Sosiologi Desain.
Saya menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh sebab itu saya meminta maaf apabila terdapat kata, penjelasan, dan hal-hal lain yang tak berkenan atau masih kurang sempurna. Akhir kata saya ucapkan terima kasih . Semoga dapat bermanfaat bagi yang membacanya.



Medan,   Desember  2013


                                                                                       Ismah Pratiwi




DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR………………………………………………..………………………..ii
DAFTAR ISI………………………………………….………………………………………iii
BAB I : PENDAHULUAN
1. Latar Belakang………………………………………………………………………………1
2. Tujuan……………………………………………………………………………………….1

BAB II : PEMBAHASAN
3. Identitas buku………………………………………………………………………………..2
4. Ringkasan buku………………………………………….…………………………………..2
5. Kelebihan dan kekurangan isi buku…………………………...…………………………….9

BAB III : PENUTUP
6. Kesimpulan………………………………………………….………………………..……10
Daftar Pustaka…………………….…...……………………………………………...11
LAMPIRAN














BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sosiologi Desain sebagai suatu ilmu belumlah mantap, seperti halnya keilmuan desain sendiri yang masih mengalami kontraksi dalam metodologi dan epistemologinya. Sosiologi Desain sebagai cabang ilmu baru, telah dirintis oleh Victor Papanek dalam buku The design for real world (1976) yang memaparkan fenomena desain di Negara-negara berkembang dengan segala permasalahannya, dan juga dalam bukunya yang lain Green Imperative (1993) . Di berbagai perguruan tinggi terkemuka di Negara-negara maju pun, istilah Sosiologi desain dipergunakan secara hati-hati, karena riset-riset yang berkaitan dengan desain dan fenomena social masih terbatas, umumnya masih berkisar tentang gaya hidup, dampak social karya desain, budaya massa, sejarah social, komunikasi social, persoalan gender, dan perubahan social akibat penggunaan teknologi.
Sedangkan di Indonesia sendiri, belum berkembang ilmu social yang mempermasalahkan desain sebagai bagian dari kajian utama . Pemantapan Sosiologi Desain sebagai suatu cabang ilmu social ataupun ilmu desain, masih memerlukan waktu yang cukup lama. Selama ini, pendekatan-pendekatan yang dilakukan masih cenderung mengadopsi teori ilmu social umum.
Sudah sejak lama masyarakat teknologi dan senirupa kurang memiliki ‘hubungan yang mesra’ dengan masyarakat ilmu-ilmu social. Hal itu ditunjukkan oleh masyarakat teknologi di ITB yang harus membangun wacana keilmuan baru untuk ‘memanusiakan’ teknologi melalui pengembangan kajian Sosio-Teknologi serta menyelenggarakan berbagai perkuliahan ilmu social untuk berbagai disiplin keilmuan. Jauh sebelumnya, hal itu telah terjadi didalam masyarakat senirupa. Kesadaran yang begitu tinggi terhadap pentingnya ilmu social dalam wacana kesenirupaan dan desain telah terbentuk sejak tahun 1970-an, terutama terlihat pada sebagian besar penelitian skripsi mahasiswa, ataupun penelitian yang dilakukan oleh para pengajar di lingkungan perguruan tinggi senirupa. Kebutuhan yang begitu mendesak berdasar keterlibatan social yang semakin kompleks itulah yang kemudian digagas untuk membentuk perkuliahan Kajian Desain dan Dinamika Sosial. Akhirnya berkembang kebutuhan untuk melakukan kajian interdisiplin berbagai bidang.

Tujuan
1.        Untuk memahami kaitan antara ilmu sosiologi dan ilmu desain dan pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat
2.        Untuk menambah wawasan tentang sosiologi desain
3.        Untuk mengetahui kelebihan buku dan mengkritik kekurangan buku
BAB II
PEMBAHASAN

Identitas Buku
1.      Judul buku      : Sosiologi Desain
2.      Pengarang       : Agus Sachari
3.      Penerbit           : ITB
4.      Tahun terbit     : 2002
5.      Kota terbit       : Bandung
6.      Tebal buku      : 133 halaman
7.      Ukuran            : 24,5 x 16,5 cm


Ringkasan Isi Buku

Sumber : Sosiologi Desain

I . SOSIOLOGI DESAIN

Dalam kajian Sosiologi Desain, hal-hal yang dipaparkan cenderung berbasisi fenomena social kebendaan yang telah lazim dan banyak kasusnya disekitar kita. Seperti misalnya hubungan antara manusia, kebijakan pembangunan, masyarakat, alam dan dunia kebendaan.
Menurut Weber, ada empat kategori ideal suatu aksi social yaitu :
1)      Perilaku yang bertujuan untuk memperoleh hasil yang efisien.
2)      Perilaku yang berisi nilai yang bertujuan untuk merealisasikannya.
3)      Perilaku tradisional menyangkut tingkah laku yang memiliki aturan dan sanksi.
4)      Perilaku emosional yang menyangkut rasa dari setiap individu.
Metode sosiologi terbagi atas dua kelompok yaitu :
v  Metode kuantitatif dan kualitatif : metode kuantitatif dilakukan dengan pendekatan kepada masyarakat melalui wawancara, pertanyaan terarah, ataupun partisipasi. Metode kualitatif dilakukan melalui pendekatan historis, kajian dokumen, interpretasi peristiwa, kajian informasi, merekam suatu kejadian, pemotretan hingga menafsir satu fenomena social melalui pencatatan lapangan yang kemudian dipaparkan dalam bentuk terolah.
v  Kajian sosiologi terapan : kajian yang bertujuan untuk menyusun strategi pemecahan suatu persoalan social tertentu atau menyusun kebijakan social berkaitan dengan pembangunan yang hendak dijalankan.

Sosiologi desain  merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku individu, sekelompok orang atau masyarakat yang dipengaruhi oleh karya desain tertentu atau sebaliknya, yaitu karya-karya desain yang menciptakan situasi social tertentu dengan pendekatan-pendekatan secara komprehensif. Sosiologi desain menyangkut tiga unsur utama yaitu Manusia ↔ Benda ↔ Sistem Nilai. Kegiatan desain yang berkaitan dengan pemberdayaan sector ekonomi, tidak terlepas dari kebijakan pembangunan, tenaga kerja, produk yang dihasilkan, system pemasaran, gaya hidup masyarakat konsumennya dan juga wilayah-wilayah yang mendukungnya.

Bagan spesifik kajian Sosiologi Desain :











Oval: PEMBANGUNAN/MODERNISASI


ü BUDAYA BENDA
ü PERILAKU MANUSIA
ü NILAI-NILAI ESTETIKA
ü DAMPAK SOSIAL
ü PERUBAHAN SOSIAL
 

 




Oval: SOSIOLOGI DESAIN













WACANA DESAIN
 












Oval: KEBUDAYAAN KREATIF
 









II. POKOK PERMASALAHAN SOSIAL DI INDONESIA
1.      Pelipatan Jumlah Penduduk
Desain memiliki keterkaitan langsung deengan jumlah penduduk diantaranya berhubungan dengan potensi pasar, lapangan pekerjaan, dan situasi sosialnya.
Yang menjadi perhatian ialah terdapatnya penurunan angka kematian dan angka harapan hidup terus meningkat. Pelipatan jumlah penduduk yang semakin besar membawa masalah tersendiri dalam hal pemenuhan kebutuhan dan kemampuan bertahan hidupnya. Jika keberhasilan perekonomian Indonesia dibangun dengan menggalakkan ekspor produk komoditi yang mengandalkan tenaga kerja murah, di masa yang akan datang hal itu tidak akan bisa dipertahankan karena tuntutan kompleksitas dan kualitas produk yang diminati konsumen akan semakin tinggi akibat keterbukaan dan persaingan yang semakin ketat.
Kebijakan pendidikan cenderung menekankan kepada aspek-aspek ‘kognitif’ dibanding dengan keterampilan dan kemahiran sehingga tenaga menengah terampil untuk mengisi lowongan di sector industri kecil kurang terisi. Hal itu ditunjukkan semakin tingginya angka pengangguran professional ditingkat sarjana.
2.      Dinamika Sosial Ekonomi
Kecenderungan konsumsi masyarakat dan system nilai yang terbangun, karena konsentrasi penduduk di kota-kota besar semakin memiliki kecenderungan untuk ‘tertular’ oleh situasi yang sama atau lebih rumit yang terjadi diberbagai belahan dunia. Diberlakukannya otonomi daerah dan lahirnya propinsi-propinsi baru di Indonesia, memperkuat tumbuhnya jalur-jalur social baru yang sulit diprediksi. Hal itu menyebabkan kota-kota dalam propinsi baru tersebut akan berusaha mengimbangi kota-kota besar lainnya, baik membentuk replica kota seperti Jakarta ataupun membentuk kota-kota baru seperti halnya kota di Negara-negara maju.

3.      Fenomena Konsumen
Dalam kajian-kajian utama sosiologi desain, disamping factor-faktor dasar yang menjadi arena kehidupan manusia, juga selalu memiliki keterkaitan tumbuhnya masyarakat konsumen dan gaya hidup masyarakat. Desain dapat diamati sebagai sebuah fenomena gaya hidup dan perilaku social masyarakat, serta dapat dijadikan indicator tingkat dan minat konsumsi masyarakat terhadap suatu barang atau kelompok barang tertentu. Menurut Modigliani, individu merencanakan perilaku konsumsi dan tabungan mereka untuk pendanaan konsumsi di masa depan.

4.      Kesenjangan Ekonomi
Dalam situasi pemerosotan intelektualitas anak bangsa secara social telah menumbuhkan konflik-konflik budaya yang diakibatkan oleh media elektronik dan cetak yang selalu menayangkan gaya hidup Negara-negara maju, di lain pihak masyarakat mengalami ‘sakit ekonomi’ yang akut. Situasi tersebut tentu saja menciptakan anomali social yang menumbuhkan angka kriminalitas yang semakin tinggi. Desain dengan berbagai bentuk perwujudan fisiknya menjadi bagian yang menumbuhkan kecemburuan sosial.

5.      Mentalitas Sosial
Mentalitas sosial yang positif seperti :
- Tumbuhnya jiwa perjuangan, tidak mudah menyerah, tahan uji, serta optimisme yang kuat.
Mentalitas sosial yang kurang positif yaitu :
- Desain mimpi ; yaitu jika masyarakat melihat suatu bangsa dapat mendesain mobil tanpa proses penguasaan teknologi secara bertahap lalu mengamati secara nyata bahwa hal-hal yang selama ini ditekstualisasi kebenarannya hhanyalah bersifat semu.
- Desain gender ; yaitu adanya pemikiran perbedaan derajat antara laki-laki dan wanita.
- Desain horror ; yaitu bentuk desain yang membahayakan namun dianggap sebagai hiburan atau ditekstualisasikan sebagai ‘bacaan’ dan perilaku yang menyenangkan. Contohnya, iklan rokok yang menampilkan gadis sensual.
- Desain kriminal ; yaitu adanya penyimpangan kegunaan desain dalam masyarakat. Contohnya, pelanggaran lalu lintas, pembuangan sampah di sungai dll.
III. DESAIN DAN PERILAKU SOSIAL
Terdapat dua masalah kunci di kota-kota besar yaitu :
1)      Masalah perkotaan dengan sistem pengelolaannya
2)      Permasalahan detil perkotaan yang menyangkut perilaku warganya dalam memelihara dan berkegiatan di dalam kota
Berdasarkan letak geografis, kota baru di Indonesia memiliki cirri sebagai berikut :
a. Kota baru yang tumbuh dari kota induk yang meluas dengan skala yang besar ke wilayah pinggiran yang berbatasan langsung dengan kota induk.
b. Kota satelit, yaitu terbentuk bagi peruntukkan tempat tinggal yang letaknya terpisah dari kota induk namun secara fungsional tergantung pada kota induk. Contohnya Kebayoran Baru (1953), Banjar Baru (1953), Bale Endah (1976).
c. Kota mandiri, yaitu kota yang mandiri dalam memenuhi kehidupan dan kegiatan usaha penduduknya. Contohnya Jabodetabek.
d. Kota yang terbentuk karena kegiatan yang spesifik seperti pariwisata,militer, pusat rekreasi dan sejenisnya. Contohnya Lhoukseumawe, Batam, Cilegon.
Perilaku khas yang terjadi di berbagai kota di Indonesia diantaranya :
Ø  Perwajahan kota yang tak tertib
Ø  Ruwetnya sistem informasi
Ø  Kemacetan permanen
Ø  Kota yang kotor
Ø  Pamer “kemewahan”
Ø  Masyarakat miskin yang tak terkendali
Ø  Mentalitas ugal-ugalan
Ø  Pekerjaan tumpang tindih
Ø  Warga merasa tak memiliki
Pembangunan sarana hunian di Indonesia, secara umum dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu :
1.  Sarana hunian yang dibangun pemerintah
2.  Sarana hunian yang dibangun atas swadaya masyarakat
3.  Bangunan yang didirikan oleh investor asing atau bantuan luar negeri.
Perkembangan arsitektur hunian di kota-kota besar Indonesia terbagi atas 3 paradigma yang berbeda yaitu :
1.  Arsitektur perkotaan yang ditandai oleh tumbuhnya gedung perkantoran pencakar langit, supermall, dan pusat bisnis.
2.  Arsitektur perumahan baru baik berupa ‘BTN’, rumah mewah, ruko, maupun villa.
3.  Arsitektur masyarakat yang kurang mampu berupa bedeng-bedeng, gubuk, rumah papan dan rumah tak beraturan.

Permasalahan kondisi arsitektural yang ada di kota-kota Indonesia pada umumnya yaitu:
a)      Tumbuh secara organic, dengan bentuk yang tak beraturan.
b)      Setiap individu dapat membangun rumah sekehendak hati dengan gaya dan luas yang bebas.
c)      Izin bangunan diberikan secara tidak konsisten dan tanpa pengawasan lapangan.
d)     Bentuk pertokoan hamper-hampir tenggelam dalam iklan dan ‘perang’ verbal.
e)      Bentuk pagar hunian amatlah bebas, bahkan cenderung menutupi bangunan.
f)       Di berbagai kota tampak terjadi bauran antara perumahan mewah dan kumuh.
g)      Kurang diperhatikannya aspek sanitasi dan pembuangan sampah.
h)      Tidak terdapat kebiasaan menanam pohon sebagai bagian penghijauan perkotaan.
i)        Tumbuhnya para pedagang kaki lima di berbagai ruas jalan dan kompleks hunian.
j)        Simpang siurnya kabel listrik dan telepon diantara atap-atap rumah dan tampak tak tertata dengan baik.
k)      Berkembangnya penggunaan portal dan ‘polisi tidur’ di berbagai hunian tanpa memperhatikan pemakai jalan.
l)        Tak tertibnya ketinggian bangunan di berbagai ruas jalan utama.
m)    Terbatasnya lahan parkir baik secara pribadi maupun umum sehingga banyak kendaraan parkir di badan-badan jalan secara tak tertib.
n)      Kacaunya sistem informasi jalan dan penomoran rumah.

IV. DESAIN DAN POLITIK PEMBANGUNAN
Berikut upaya pembangunan ekonomi nasional secara bertahap :
a)      Program rehabilitasi dan pemulihan ekonomi nasional (1966-1970)
b)      Pertumbuhan ekonomi nasional yang pesat (1971-1980)
c)      Penyesuaian terhadap melemahnya harga minyak (1982-1986)
d)     Upaya pemulihan ekonomi (1987-1997)
e)      Krisis ekonomi dan gejolak sosial (1997-…)
Berikut upaya pemerintah dalam pembangunan daerah :
a)      Mempersempit kesenjangan antardaerah
b)      Program pembangunan pedesaan dalam Repelita VI
c)      Usaha mengatasi pengangguran
d)     Pembinaan, pendampingan, dan pelatihan.
Keberhasilan pembangunan menumbuhkan pula berbagai dampak sosial yang baru yaitu:
a)      Tidak adanya pemerataan hasil-hasil pembangunan
b)      Berlangsungnya praktik korupsi dalam menjalankan program pembangunan
c)      Hukum telah menjadi barang komoditas yang dapat dipermainkan
d)     Jumlah hutang luar negeri berkembang sedemikian besar
e)      Terjadinya pelanggaran HAM dan eksploitasi SDA di beberapa daerah tanpa memakmurkan masyarakat setempat.
Desain dalam hal kepedulian sosial diantaranya adalah :
v  Desain dan alternatif pekerjaan baru ; dalam fenomena pengangguran, desain memberikan alternatif pada sektor ekonomi masyarakat melalui pendekatan partisipasif seperti pembuatan produk kerajinan, produk alat rumah tangga, produk alat-alat pembersih dan berkebun, juga produk penunjang berdagang yang praktis dengan modal kerja yang relatif murah namun memiliki pangsa pasar yang tinggi.
v  Desain bagi para penyandang cacat ; misalkan dalam penyediaan fasilitas kursi roda, sarana penyeberangan, tangga bangunan, alat pendidikan, alat kebugaran, fasilitas hiburan dan lain sebagainya.
v  Desain dan pelayanan kesehatan ; seperti standardisasi pembangunan puskesmas, furnitur puskesmas hingga hingga peralatan kedokteran, peralatan rumah sakit, peralatan pendukung kesehatan dan lain sebagainya.
v  Desain untuk para pesakitan ; misalnya dalam hal rehabilitasi individu-individu yang pernah melakukan kriminalitas dan telah dipenjara. Maka dilakukan desain-desain bagi para pesakitan berat maupun ringan untuk memperbaiki mental maupun jiwanya.
v  Desain kerajinan rakyat ; dalam hal ini desain mengajarkan mengenai inovasi-inovasi baru dalam kerajinan rakyat agar tercapai perkembangan kerajinan itu sendiri tanpa mengubah karakter asli dari kerajinan suatu daerah.
v  Desain bagi sektor informal ; dalam hal ini berhubungan dengan ketertiban perkotaan, misalkan permasalahn pedagang kaki lima, pedagang asongan, parkir liar, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan penataan kota.
v  Desain bagi kemanusiaan ; dalam hal ini kajian desain meliputi persoalan yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial, hubungan antarbangsa, hubungan antarkebudayaan, hubungan antaragama, dan juga termasuk didalamnya perang, terror, kriminalitas, dan juga komunikasi.

V. DESAIN DAN GAYA HIDUP
Unsur-unsur yang mempengaruhi terbangunnya gaya hidup modern yaitu :
a)      Adanya produk komoditas
b)      Adanya budaya benda kontemporer
c)      Wacana cita rasa dominan
d)     Adanya peningkatan ekonomi dalam masyarakat
Dampak gaya hidup modern terhadap masyarakat yaitu :
a)      Terjadinya perubahan perilaku sosial didalam masyarakat
b)      Adanya kecenderungan gaya kebendaan
c)      Perubahan pola konsumsi
Mentalitet yaitu terbentuknya nilai-nilai modernitas yang cepat.
Peranan budaya mentalitas melahirkan dua pola kepribadian dalam diri masyarakat yaitu:
1. Secara teraga modernisasi yang terselenggara pada kurun waktu setengah abad sejak kemerdekaan berlangsung termasuk proses pengideologiannya.
2. mentalitas yang menyertai modernisasi tersebut masih mengakar kepada nilai-nilai ‘masa lalu’.
Kelemahan-kelemahan mentalitas dalam menyelenggarakan pembangunan yaitu :
a)      Sifat mentalitet yang meremehkan mutu (keterbatasan perolehan pendidikan, lemah dalam penguasaan teknologi, monopoli, sikap yang mudah menerima produk ‘apa adanya’)
b)      Sifat mentalitet yang suka menerabas
c)      Sifat tak percaya kepada diri sendiri
d)     Sifat tak berdisiplin murni
e)      Sifat yang suka mengabaikan tanggung jawab yang kokoh.
Upaya-upaya yang ditempuh dalam proses percepatan nilai-nilai estetis modern yaitu :
1)      Meniru nilai-nilai estetis dari Negara-negara yang dinilai lebih modern, fenomena ini lazim terutama pada generasi muda yang secara cepat menyerap kebudayaan Barat yang dinilai lebih modern.
2)      Mengadopsi nilai-nilai modernitas untuk disesuaikan dengan situasi sossial dan ekonomi masyarakat, terutama pemikiran dan gaya estetis
3)      Modifikasi nilai-nilai modernitas, terutama dalam bidang teknologi
4)      Mengembangkan nilai-nilai modernitas sebagai bagian terselenggaranya masyarakat modern yang bersifat universal.
Gaya hidup modern masyarakat perkotaan Indonesia, telah mengalami proses pemantapan (ketergantungan) sejalan dengan perkembangan ekonomi dan percepatan informasi kebudayaan dunia yang mempengaruhinya. Demikian pula perkembangan nilai-nilai estetik (terutama varian-variannya) yang telah menjadi kebudayaan massa, mengalami pemantapan yang tak terpisahkan dari cita rasa masyarakat modern tersebut. Masyarakat Indonesia kemudian mulai mengenal budaya komoditas dalam berbagi bentuknya dan diserap, ditiru serta dikembangkan menjadi kebudayaan masyarakat Indonesia baru.

Penilaian Terhadap Buku

Kelemahan buku :
1.      Kajian konsep kata dan kalimat yang disajikannya sulit dimengerti oleh pembaca atau tidak mudah dipahami saat dibaca.
2.      Kata-katanya sangat baku dan hampir banyak pengulangan kata-kata.
3.      Bahasa dan kalimat yang digunakan dalam buku lumayan susah untuk dimengerti dan dicerna, kata-katanya tidak begitu mudah untuk dipahami sehingga pembaca harus lebih serius dan berkonsentrasi saat membacanya.
4.      Tidak secara mendalam membahas mengenai kaitan Sosiologi dengan desain.
5.      Sampul/cover kurang menarik karena gambar yang ada disampul terlihat abstrak dan sulit untuk dimengerti secara jelas.

Kelebihan buku :
1.      Penjelasan pokok masalah dibahas secara luas.
2.      Cakupan Materi isi buku sudah lumayan lengkap.
3.      Terdapat bagan, ataupun diagram yang dapat memperjelas pembahasan dan mudah diketahui secara langsung dan singkat tanpa membaca lagi isi kalimat.
4.      Terdapat lampiran-lampiran yang berisi mengenai keadaan-keadaan sosial yang terjadi dimasyarakat sehingga dapat menambah wawasan pembaca karena bernilai historis yang tinggi.
5.      Penjelasan dan contoh-contoh kasus yang terdapat didalam isi buku lebih banyak diambil dari permasalahan dan kejadian sosial yang berada di Indonesia sehingga dapat menambah wawasan pembaca mengenai sejarah dan keadaan nyata dari bangsa Indonesia sehingga dapat memberi motivasi untuk memperbaiki Negara Indonesia dalam bidang sosial dan yang berkaitan dengannya.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Makna desain dalam kegiatan sosial secara luas, merupakan wujud dari upaya-upaya pemecahan persoalan-persoalan fisik manusia. Namun juga dapat menjadi persoalan sosial baru bagi manusia lainnya. Untuk kajian-kajian sosiologi desain, bagaikan siklus yang selalu kembali ke awal ataupun seperti spiral yang berputar. Dari situlah akhirnya tumbuh kesadaran bahwa desain hakikatnya ‘hidup’ dan merupakan bagian dari sistem sosial itu sendiri. Keteragaan yang dapat diamati oleh mata, tidak sepenuhnya benar karena nilai-nilai yang menyertainya melingkupi wilayah abstrak dan bersifat konseptual, dan dapat berkembang menjadi apa saja tatkala sistem sosial itu ‘hidup’ tanpa dapat diawasi.
Dari segi komunikasi, desain dapat mengkomunikasikan berbagai hal, baik sebagai ekspresi masyarakat tertentu yang berkaitan dengan gaya hidupnya, pendalaman kebudayaan sebuah bangsa ataupun sebagai komunikasi praktis nonverbal. Sedangkan dari segi ekonomi, desain dapat berperan sebagai peningkat kualitas produk ataupun upaya penyelaras cita rasa dengan penggunaannya. Dari segi budaya, desain dapat pula merupakan wujud ‘memanusiakan’ benda pakai agar memiliki kepatutan dalam lingkungan sosial, disamping juga sebagai tanda-tanda keadaban artifak yang dibuat pada kurun waktu tertentu.
Desain dapat dipandang sebagai sosok apapun dalam kacamata sosiologi. Desain dapat pula menjadi biang pemicu kecemburuan sosial, dapat menjadi biang munculnya gaya hidup baru, dapat menjadi pemecahan masalah sosial, dan dapat pula menjadi pemicu lahirnya wacana besar dalam kebudayaan material. Substansinya yang absolute adalah desain sebagai ‘media’ manusia untuk menjasmani dan membangun dunianya. Didalamnya telah memuat aspek penciptaan, mimpi-mimpi, kreativitas, teknologi, keindahan dan juga unsur-unsur yang mendukungnya menjadi bagian dari peradaban.


DAFTAR PUSTAKA

Sachari,Agus.Sosiologi Desain.Bandung:ITB,2002

1 comment:

  1. Harrah's Ak-Chin Casino & Resort - KAYAK - KTNV
    Harrah's Ak-Chin Casino 서울특별 출장안마 & Resort 제천 출장마사지 is 춘천 출장샵 located in Maricopa, Arizona 안양 출장마사지 and provides an entertainment venue featuring 파주 출장안마 a casino,

    ReplyDelete