Wednesday, 13 April 2016

Pemikiran Ekonomi Klasik


Hasil pemikiran dari Adam Smith disebut Aliran atau mazhab klasik karena gagasan-gagasan yang ia tulis sebelumnya telah banyak dibahas dan dibicarakan oleh pakar-pakar ekonomi jauh sebelumnya. Misalnya, soal paham individualisme tidak jauh beda dengan paham  hedonisme yang dikembangkan oleh Epicurus pada masa Yunani kuno. Begitu juga pendapatnya mengenai campur tangan pemerintah seminimal mungkin dalam perekonomian (laissez faire laissez passer) sudeh dibicarakan oleh Francis Quisney sebelumnya.
            Pembahasan yang dilakukan oleh Smith lebih kepada ekonomi mikro dengan penekanan pada penentuan harga. Melalui analisis mikro, ia menguraikan masalah pembangunan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Menggunakan pendekan deduktif yang digabung dengan penjelasan historis, maka tidak heran bahwa buku The Wealth of Nations mencapai 900 halaman.
            Ada beberapa orang yang berpengaruh bagi Smith, dua diantaranya adalah Francis Hutcheson (1694-1746) yang merupakan dosennya di Universitas Glasgow dan David Hume (1711-1776)  yang merupakan teman kuliahnya.
            Adam Smith banyak mengadopsi tulisan dari tokoh-tokoh merkantilis dan fisiokrat yang kemudian disintesiskan kedalam The Wealth of Nations. Para pakar umumnya percaya bahwa belum ada pemikir-pemikir ekonomi yang mengintegrasikan begitu banyak topik menjadi satu volume yang mencakup pandangan menyeluruh. Pandangan menyeluruh tersebut berupa faktor-faktor menentukan kemakmuran bangsa-bangsa dan sekaligus memberikan rekomendasi kebijaksanaan yang dapat ditempuh untuk meningkatkan laju pertuumbuhan ekonomi dan pembangunan.
            Dalam banyak hal, pemikiran Smith sejalan dengan kaum fisiokrat yang menganggap produksi barang dan jasa sebagai sumber utama kemakmuran bangsa. Hal ini dianggap wajar karena Smith sering bertemu tokoh-tokoh fisiokrat seperti Quesnay, Turgot ketika menjadi dosen tamu di Toulouse, Perancis. Bahkan kerangka buku The Wealth of Nations mulai disusun ketika Smith berada disana. Yang menjadi pertentangan Smith dengan pemikiran kaum fisiokrat adalah pada penekanan faktor yang paling dominan dalam menentukan kemakmuran negara. Apabila kaum fisiokrat beranggapan bahwa alamlah yang paling menentukan kemakmuran suatu negara, Smith beranggapan bahwa manusialah yang lebih dominan atau yang menjadi faktor utamanya. Alasannya sangat jelas karena Smith menganggap bahwa alam tidak ada artinya apabila sumberdaya manusianya tidak mampu mengolahnya sehingga tidak bermanfaat bagi kehidupan.
            Sebagai pendukung doktrin laissez faire-laissez passer, Smith juga mengkritik kebijakan kaum mekantilis yang menetapkan tarif yang tinggi untuk melindungi industri dalam negeri. Dalam The Wealth of Nations Smith menuliskan bahwa orang tidak perlu membuat sendiri suatu barang dimana harga barang tersebut apabila dibeli akan lebih murah. Begitu pula barang luar negeri apabila lebih rendah harganya lebih dibeli daripada buatan dalam negeri harganya lebih tinggi.

A.    Hakikat Manusia Serakah
Manusia pada hakikatnya memiliki sifat serakah telah dikemukakan oleh pemikir-pemikir ekonomi pada masa Yunani kuno, terutama Plato. Hal yang sama juga dilontarkan oleh Bernard de Mendeville (1630-1733) dalam bukunya The Fable of The Bees tahun 1714. Begitu pula Smith percaya bahwa manusia pada hakikatnya rakus dan egoistis. Walau asumsi Smith dan Mendeville sama, namun konklusi mereka ini amat jauh berbeda. Mendeville menganggap sifat rakus manusia yang mementingkan diri sendiri memberikan efek negatif bagi sosial-ekonomi masyarakat sehingga Mendeville menganggap perlu adanya campur tangan pemerintah dalam hal itu. Sedangkan Smith menganggap sifat ini akan memacu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan secara keseluruhan.
Lebih lanjut Smith beranggapan bahwa tindak-tanduk manusia pada umunya didasarkan pada kepentingan diri sendiri (Self Interest), bukan belas kasihan ataupun perikemanusiaan. Walaupun motif kepentingan diri sendiri kurang begitu mulia, bukan berarti kita harus menolak untuk berbisnis dengan orang lain. Hal ini hanya akan menghancurkan diri sendiri.

B.     Mekanisme Pasar Bebas
Smith sangat mendukung motto laissez faire-laissez passer yang sebelumnya telah dijelaskan oleh Francis Quesnay (tokoh fisiokrat). Motto ini mengkehendaki campur tangan pemerintah seminimal mungkin dalam perekonomian. Smith beranggapan bahwa perekonomian akan berjalan dengan wajar tanpa campur tangan pemerintah. Nanti akan ada tangan-tangan tak tampak (invisible hand) yang akan membawa perekonomian kearah keseimbangan. Menurut Smith, banyaknya campur tangan pemerintah akan membawa perekonomian pada inefisiensi dan ketidakseimbangan.
Dalam bukunya Smith beranggapan bahwa setiap orang mengerjakan sesuatu didasarkan kepada kepentingan pribadi, namun hasilnya bisa selaras dengan tujuan masyarakat. Dampak aktivitas setiap individu dalam mengejar kepentingan masing-masing terhadap kemajuan masyarakat justru lebih baik dibandingkan dengan tiap orang berusaha memajukan masyarakat. Ia juga tidak percaya terhadap “i’tikad baik” dari orang-perorangan, bahkan pemerintah. Ia menganggap bahwa jalan ke neraka dihiasi penuh dengan i’tikad baik.
Pandangan Smith ini sontak menandai perubahan yang sangat revolusioner dalam pemikiran ekonomi. Apabila pemikiran merkantilis meletakkan negara diatas individu-individu, sebaliknya klasik dan fisiokrat menganggap kepentingan individu yang semestinya diutamakan.

C.    Teori Nilai (Value Theory)
Menurut Smith, barang memiliki dua nilai. Pertama, nilai guna (value in use); kedua, nilai tukar (value in exchange). Nilai tukar atau harga suatu barang ditentukan oleh jumlah tenaga kerja (labour) yang diperlukan untuk menghasilkan barang tersebut. Untuk mengukur tenaga labour yang digunakan menghasilkan suatu barang menurut Smith bukan hanya diukur dari jam atau hari kerja saja, dikarenakan keterampilan setiap orang itu tidak sama. Karenanya, ia menggunakan upah yang diterima labour untuk menghasilkan barang yang bersangkutan sebagai alat ukur. Tingkat upah inimsekaligus menentukan perbedaan tingkat keterampilan labour.
Selain itu, Smith juga menggunakan perbedaan tenaga kerja yang digunakan dalam menghasilkan barang untuk mematok harga. Hal ini disebut Smith sebagai harga alami (natural price) atau pada zaman modern ini disebut harga keseimbangan jangka panjang.
Smith juga menghubungkan nilai guna dan nilai tukar suatu barang. Ia mengatakan barang yang mempunyai nilai guna tinggi terkadang tidak mempunyai nilai tukar, sebaliknya ada barang yang memiliki nili tukar sangat tinggi tetapi tidak begitu berfaedah bagi kehidupan. Dengan kata lain, Smith mengartikan nilai tukar sebagai kemampuan sesuatu barang untuk memperoleh barang lain. Hal ini berarti nilai tukar sama dengan harga barang itu sendiri. Ini menjadi kelemahan tersendiri karena Smith tidak membedakan antara total utility, marginal utility, dan average utility. Dalam penjelasannya ia hanya terfokuss kepada utility total saja. Ini membuatnya sulit dalam memahami peran permintaan dalam menentukan harga pasar. Kelemahan Smith ini dipecahkan oleh salah seorang muridnya, yaitu Alfred Marshall.

D.    Teori Pembagian Kerja
Dalam tulisan-tulisannya, Smith beranggapan bahwa produktivitas tenaga kerja dapat ditingkatkan melalui pembagian kerja (division of labour). Pembagian kerja akan mendorong spesialisasi; orang akan memilih mengerjakan yang terbaik sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing. Adanya spesialisasi berarti setipa orang tidak perlu menghasilkan setiap barang yang dibutuhkan secara sendiri-sendiri. Akan tetapi, hanya menghasilkan satu jenis barang saja. Kelebihan barang atas kebutuhan sendiri itu dipertukarkan (diperdagangkan) di pasar.

E.     Teori Akumulasi Kapital
Setiap orang berkeinginan untuk meningkatkan kesejahteraannya. Peningkatan kesejahteraan bisa diperoleh dengan meningkatkan laba. Adapun cara yang terbaik untuk meningkatkan laba menurut Smith adalah melakukan investasi, yaitu membeli mesin-mesin dan peralatan yang lebih canggih. Dengan demikian produktivitas labour akan meningkat dengan demikian produksi perusahaan juga akan meningkat. Apabila semua perusahaan melakukan hal yang sama, output nasional dan kesejahteraan masyrakat akan meningkat pula. Namun, Teori Akumulasi Kapital yang dikemukakan Adam Smith ini banyak mendapat kritik dari pakar-pakar sosialis, terutama oleh Karl Max.

F.     Pengaruh Pandangan Adam Smith
Pengaruh pandangan dan pemikiran Adam Smith sangat luas. Dapat kita katakan bahwa semua pembahasan dalam bidang ekonomi dikaitkan dengan pandangannya. Namun yang menjadikan dirinya termahsyur bukanlah keorisinilan pandangannya, namun keberhasilannya menciptakan sebuah sistem ekonomi.
Aadapun sistem ekonomi yang berhasil diciptakan oleh Adam Smith adalah sistem ekonomi pasar atau disebut juga sistem ekonomi liberal ataupun sistem kapitalis. Namun penghargaan terhadap sistem ekonomi ini bukan karena sistem ini pelik dan complicated, namun karena kesederhanaannya dan sangat ampuh dalam mencapai tujuan pengalokasian sumberdaya yang optimum; tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Sisrem perekonomian pasar tidak membutuhkan perencanaan dan pengawasan dari pihak manpun termasuk pemerintah. Sistem ekonomi ini percaya bahwa nantinya ada tangan-tangan tak tampak (invisible hand) yang akan menyeimbangkan perekonomian tersebut. Campur tangan pemerintah akan membawa perekonomian pada inefficiency dan ketidakseimbangan.
Doktrin perekonomian liberal ini menandai perubahan revolusioner dalam pemikiran ekonomi. Hal ini dikarenakan pada masa-masa sebelumnya negara jauh diatas individu-individu. Namun, semenjak era Smith individu menjadi lebih diutamakan. Kepentingan negara lebih dinomor duakan, bahkan lebih daripada itu. Namun orang sering keliru menganggap hasil pemikiran dari Smith ini akan mengganggu keharmonian sosial. Namun Smith beranggapan bahwa adanya persaingan bebas akan menjamin masyarakat secara keseluruhan akan menerima benefit atau keuntungan. Dalam hal ini, harmoni sosial justru timbul dari konflik individu-individu.
Hayek dalam bukunya mengulas betapa besar pengaruh Adam Smith bagi kemajuan manusia. Teori Smith tentang persaingan sempurna menjadi sumber munculnya teori Darwin seabad kemudian.
Sistem ekonomi pasar berdasarkan persaingan sempurna hasil pemikiran Smith ini diyakini oleh para pakar sebagai organisasi masyarakat terbaik yang mungkin dikembangkan. Sebagian besar negara yang memakai sistem perekonomian yang lebih mengandalkan mekanisme pasar dalam mengalokasikan sumberdaya dan mendistribusikan barang dan jasa ini kuat dalam perekonomian. Sebaliknya, negara yang mengabaikannya tertatih-tatih dalam melaksanakan pembangunan. Semua bukti-bukti ini menunjukkan bahwa sistem perekonomian yang dilandaskan pada kekuatan mekanisme pasar jauh lebih unggul daripada sistem ekonomi kemasyarakatan lainnya. Tentu saja ini tidak terlepas dari jasa seorang pemikir ekonomi klasik Adam Smith.

G.    Tokoh Ekonomi Klasik Lainnya
1.      Thomas Robert Malthus (1766-1834)
Beliau disebut-sebut sebagai pemikir klasik yang sangat berjasa dalam pengembangan pemikiran-pemikiran ekonomi sesudah Adam Smith. Diantara karya-karyanya, buku Essay on the Principle of Population as it Affects the Future Imrovement of Society (1798) adalah yang dikenal paling luas. Dalam buku ini sangat terlihat bahwa beliau salah seorang pengikut Adam Smith. Walaupun demikian, tidak semua pemikirannya sejalan dengan Adam Smith.
Hal tersebut terbukti dimana Adam Smith optimis bahwa kesejahteraan umat manusia akan selalu meningkat sebagai dampak positif dari pembagian kerja dan spesialisasi. Namun sebaliknya, Malthus pesimis tentang masa depan manusia. Salah satu sumber pesimisme Malthus adalah kenyataan bahwa tanah sebagai salah satu faktor produksi utama jumlahnya tetap (waktu itu belum ada misi penerbangan ke bulan atau planet-planet lain). Ia menggambarkan perkembangan manusia seperti deret geometri, sedangkan pertumbuhan produksi makanan hanya meningkat sesuai dengan deret aritmetika. Atas dasar tersebut, Malthus meramalkan bahwa suatu ketika akan terjadi malapetaka (disaster) yang menimpa umat manusia. Namun anehnya manusia cenderung menyalahkan lingkungan, tidak pernah menyalahkan diri sendiri. Malthus beranggapan, satu-satunya cara menghindar dari malapetaka tersebut adalah dengan kontrol atau pengawasan atas pertumbuhan penduduk atau Keluarga Berencana (KB) menurut istilah saat ini. Adapun beberapa hal yang ia tawarkan ialah menunda usia perkawinan dan mengurangi jumlah anak. Hal ini Malthus katakan sebagai pembatasan moral. Apabila tidak dilakukan, maka masalah ini akan diselesaikan dengan cara alamiah, yaitu timbulnya perang, epidemi, kekurangan pangan, dan sebagainya.
Namun ramalan Malthus ini dinilai berlebihan. Namun, walaupun begitu hal ini perlu di waspadai juga.
Karya Malthus yang lainnya adalah bersama dengan Ricardo mereka membantah Teori Say yang mengatakan bahwa penawaran akan selalu menciptakan penawarannya sendiri, dan karenanya dalam perekonomian tidak akan pernah terjadi kelebihan produksi. Namun hal ini tidak mendapat tanggapan yang signifikan pada zamannya. Namun setelah dikembangkan J. M. Keynes satu abad kemudian, pandangan ini mulai diterima oleh orang-orang.

2.      David Ricardo (1722-1823)
Walupun tidak memiliki latas belakang pendidikan ekonomi yang cukup, pengalamannya bergelut pada pasar modal semenjak umur 14 tahun membuatnya paham mengenai dunia ekonomi. James Mill, ayah dari Jhon Stuart Mill yang memberikan dorongan kepadanya untuk menulis tentang masalah-masalah ekonomi. Di usia 42 tuhan, ia mulai menulis karya-karyanya di bidang ekonomi.
Ricardo sependapat dengan Smith yang mengatakan bahwa labour memegang peren penting dalam perekonomian yang kemudian ia kembangkan menjadi teori harga-harga relatif (theory of relative prices) berdasarka biaya produksi, yaitu biaya labour unsur utama, disamping biaya kapital. Kapital menjadi perhatian Ricardo dimana ia berpendapat bahwa kapital tidak hanya mampu meningkatkan produktivitas labour, tetapi juga berperan dalam mempercepat proses produksi. Perbedaan Smith dan Ricardo dalam hal ini adalah dalam penekanan. Smith menekankan masalah kemakmuran bangsa dan pertumbuhan, sedangkan Ricardo lebih memperhatikan masalah pemerataan pendapatan di antara berbagai golongan dalam masyarakat.
Dalam buku The Principles of Political Economy and Taxation (1817), Ricardo mengungkapkan beberapa teori seperti teori sewa tanah (land rent), teori nilai kerja (labour theory of value), teori upah alami (natural wages), teori uang, dan yang paling terkenal adalah teori keuntungan komparatif (comparative advantage) dari perdagangan internasional.
Dalam teori tentang sewa tanah, Malthus beranggapan bahwa semakin kecil tingka kesuburan tanah semakin besar biaya marjinal dan biaya rata-rata untuk mengolah tanah tersebut, begitu pula sebaliknya. Dari pernyataan ini terlihat jelas bahwa sewa tenah yang lebih subur lebih tinggi dibandingkan tanah yang memiliki tingkat kesuburan rendah.
Yang menjadi pembeda dengan kaum fisiokrat dan Adam Smith, dalam teori tanah ini Ricardo bernggapan yang menetukan tingginya tingkat sewa adalah tanah marjinal (marginal land), yaitu tanah yang tidak subur yang terakhir sekali masuk pasar. Sementara kaum fisiokrat dan Adam Smith beranggapan bahwa tingkat sewa ditentukan oleh tingkat kesuburan tanah.
Dalam menentukan tingkat sewa tanah, Ricardo menggunakan analisis yang sama sekali baru dala pembahasan ekonomi, yaitu pendekatan analisis marjinal (marginal analysis) dimana sangat penting dalam pengembangan teori-teori ekonomi setelah dikembangkan oleh pakar neo-klasik.
Lebih lanjut, Ricardo menjelaskan bahwa nilai tukar suatu barang ditentukan oleh ongkos yang perlu dikeluarkan untuk menghasilkan barang tersebut. Ongkos tersebut berupa biaya mentah dan upah buruh yang besarnya hanya cukup untuk dapat bertahan hidup bagi buruh yang bersangkutan (natural wages). Apabila harga yang ditetapkan lebih besar dari biaya-biaya, maka akan terjadi keuntungan ekonomi sehingga menarik perusahaan-perusahaan lain untuk masuk pasar dan pada akhirnya terjadi kelebihan penawaran yang membawa harga kembali kepada keseimbangan semula. Menurut Ricardo, tingkat upah alami lebih mempengaruhi harga karena anggapannya biaya-biaya bahan mentah realatif konstan.
Teori Ricardo yang paling terkenal dan sering dianggap sebagai andalan utam sistem perdagangan bebas adalah teori keuntungan berbanding (Comparative Advantage). Ricardo beranggapan bahwa setiap kelompok masyarakat atau negara sebaiknya mengkhususkan diri menghasilkan produk-produk yang dihasilkan lebih efisien. Kelebihan produksi atau kebutuhan dapat diperdagangkan.

3.      Jean Baptiste Say (1767-1832)
J.B Say juga berasal fari kalangan pengusaha, bukan dari kalangan akademis. Ia sangat berjasa dalam menyusun dan melakukan modifikasi terhadap pemikiran-pemikiran Adam Smith secara sitematis. Hal ini amat membantu dalam memahami isi buku The Wealth of Nations, yang bahasanya relatif sulit dicerna.
Adapun kontibusi Say yang paling besar dalam klasik adalah pandangannya yang mengatakan bahwa penawaran akan menciptakan permintaannya sendiri (supply creates its own demands). Hal ini disebut juga dengan Hukum Say (Say’s Law). Hukum Say ini di dasari asumsi bahwa nilai produksi selalu sama dengan pendapatan.
Pendapat Say diatas menjadi pedoman dasar dalam kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi selama kurun waktu seratus tahun. Namun pada tahun 1930, kebijaksanaan-kebijaksanaan ini dikritik sangat keras sebagai pangkal tolak terjadinya depresi besar-besarana pada mas itu.
Selain itu, Say juga dapat dikatakan sebagai orang pertama yang berbicara tentang entrepreneur. Ia juga memklasifikasikan faktor produksi atas tiga bagian, yaitu tanah, labour, dan kapital.

4.      John Stuart Mill (1806-1873)
Para pakar ekonomi sepakat ajaran klasik mencapai puncaknya di tangan J. S. Mill. Ia banyak mendapatkan pelajaran tentang ilmu ekonomi langsung dari ayahnya, James Mill. Karyanya yang terakhir, Principles of Political Economy diyakini sebagai versi modern dari The Wealth of Nations karangan Smith. Dalam bukunya ini telah mencakup semua pandangan tokoh klasik seperti Adam Smith, Thomas Robert Malthus, David Ricardo, dan Jean Baptiste Say. Ia beranggapan bahwa tidak ada teori yang orisinil dari pemikirannya sendiri. Namun hal ini terlihat sediki merendah karena konsep return to scale adalah orisinil dari Mill. Ia juga termasuk orang yang pertama mengemukakan ide tentang konsep elastisitas permintaan yang lebih lanjut dikembangkan oleh Marshall.
Dalam Principles of Political Economy pandangan-pandangan klasik disempurnakan dan diberi sentuhan yang lebih manusiawi. Di tangan Mill, individualisme tidak tampil kasar dan kaku. Sesama tokoh klasik, ia menentang pihak-pihak yang mengatakan laissea faire sebagai “ilmu yang menyedihkan dan muram” dan juga yang mengatakan teori upah Ricardo sebagai “teori upah besi”.
J. S. Mill juga tidak terlalu kaku dengan campur tangan pemerintah. Apabila tokoh-tokoh klasik sebelumnya menganggap tabu campur tangan pemerintah, Mill sedikit melonggarkan. Mill mempersilahkan pemerintah membuat kebijaksanaan-kebijaksanaan dan peraturan-peraturan yang dapat membawa perekonomian kearah efisiensi dan keseimbangan.
J. S, Smill di dalam buku-buku ajar ekonomi selalu dimasukkan dalam aliran klasik walaupun diakhir hayatnya ia menyebutkan dirinya sebagai “sosialis”.

No comments:

Post a Comment